Mencetak Generasi Baca Tulis: HmI Komisariat FISIP UNS Berbagi Buku


Umar bin Khattab pernah berwasiat kepada rakyatnya, “Ajarilah anak-anakmu sastra, karena sastra membuat anak yang pengecut menjadi lebih jujur dan pemberani.”

Al-Quran dalam surat Al-Alaq juga telah menganjurkan umatNya untuk membaca. Iqro’ yang berarti bacalah. Tafsir turunya wahyu tersebut  dari suku kata pertama saja yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad disuruh untuk membaca wahyu yang akan diturunkan kepada beliau atas nama Allah, Tuhan yang telah menciptakan.

Dewasa ini perkembangan teknologi tidak dipungkiri mengalami perkembangan yang sangat pesat. Media cetak tumbuh menjamur, setiap ruang keluarga rumah perkotaan dan pedesaan terdapat televisi sebagai sarana hiburan sekaligus sumber informasi. Sayangnya, era pasca reformasi yang diikuti dengan kebebasan menjadikan banyak tayangan televisi yang amoral mudah untuk masyarakat konsumsi,begitu pula visual yang hadir di media cetak. Belum lagi kolom kotak panjang dalam sebuah mesin pencari yang dapat memberikan ruang keleluasaan bagi siapa saja mencari tahu semua hal tanpa proses penyaringan. Masih ada game online yang sangat menarik bagi setiap anak, hingga masalah-masalah moral dan akademis muncul mengikuti kegemaran anak memainkan game era virtual tersebut. Kontrol internal dan eksternal menjadi lemah dalam masyarakat konsumtif dan hedonis di era global. Anak-anak adalah bagian dari masyarakat yang menikmati segala sajian era global yang kebanyakan dilakukan secara instan.

Budaya membaca semakin lama dapat menjadi semakin terkikis. Lingkungan keluarga yang hampir tidak pernah mengenalkan sosok buku bacaan bagi anak-anaknya, biaya hidup dan besaran kebutuhan yang semakin melambung naik tanpa diikuti kenaikan pendapatan kepala keluarga menjadi alasan minimnya belanja buku. Ironis memang jika budaya membaca dan menulis kurang tumbuh pada generasi penerus bangsa ini. Era pra kemerdekaan sastrawan-sastrawan tanah air telah hadir, pemuda jaman itu yang telah melek huruf mampu dekat dengan sastra dan bacaan disaat penduduk pribumi lainnya masih asyik dalam budaya mendongeng.

Budaya mendongeng hampir dirasa punah di masyarakat. Lalu, bagaimana dengan budaya membaca? Kawan-kawan HmI Cabang Surakarta Komisariat FISIP UNS menggagas sebuah ide menarik untuk terus mengenalkan sastra pada adik-adik anak negri ini. Kegiatan charity dilakukan bersama-sama dalam mengumpulkan buku bacaan anak yang nantinya akan dibagikan pada adik-adik Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Habibi di Petoran Surakarta. Alasan pemilihan lokasi charity memang dengan alasan kedekatan historis dan emosional kawan-kawan HmI Cabang Surakarta Komisariat FISIP UNS dengan adik-adik Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Habibi di Petoran Surakarta.

 Disela-sela kesibukan dan keceriaan bersama dari kawan-kawan HmI Cabang Surakarta Komisariat FISIP UNS menikmati suasana keramaian Kota Surakarta saat Car Free Day Minggu Pagi, bersama-sama mereka belanja buku (21/10) di salah satu stand yang menjual buku bacaan bagi anak. Puluhan buka bacaan untuk anak-anak dipilih, bacaan yang bertema agamis menjadi pilihan menarik untuk dibagikan pada adik-adik Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Habibi di Petoran Surakarta.

Image

Teman-teman HmI Komisariat FISIP UNS sedang memilih buku bacaan di stand penjualan buku Minggu Pagi (21/10) Car Free Day Slamet Riyadi untuk selanjutnya dibagikan pada anak-anak.

 

Harapannya selain agar anak-anak dapat kembali dekat dengan sastra dan buku bacaan, sharing ini diharapkan juga mampu memberikan contoh-contoh perilaku terpuji yang dituliskan lewat sastra berkualitas. Tiyas Nur Haryani (Anggota HmI Komisariat Fisip Uns)

 

2 tanggapan untuk “Mencetak Generasi Baca Tulis: HmI Komisariat FISIP UNS Berbagi Buku”

Tinggalkan komentar